BAB 1
PENDAHULUAN
Dunia adalah tempat manusia melakukan ikhtiar atau
usaha. Allah SWT menjadikan manusia itu paling sempurna di antara makhluk
lainnya, manusia diciptakan dengan dianugerahi panca indra yang meliputi,
penglihatan, pendengaran, peraba, pengecap dan pembau, serta dilengkapi dengan
kekuatan akal fikiran. Segala kenikmatan yang diberikan oleh Allah SWT tersebut sebagai alat yang
digunakan untuk melewati perjalanan hidup yang akan dilalui oleh masing-masing
individu.
Selain dengan kenikmatan berupa jasmani maupun
rohani, manusia juga diberikan ujian dan cobaan setiap langkah hidupnya.
Manusia akan selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan yang harus ditentukan dalam
kehidupannya. Sesungguhnya bagi manusia ujian terbesar dalam hidup adalah
menentukan pilihan.
Allah SWT akan menghadapkan manusia pada jalan
menuju kebaikan maupun kesesatan. Manusia diberikan hak untuk memilih jalan
tersebut, karena disitulah manusia diuji keimanannya oleh Allah. Apakah manusia
itu selalu mengedepankan ketaatan dan ketundukkannya kepada Sang Pencipta, atau
sebaliknya hanya mementingkan kenikmatan-kenikmatan yang bersifat duniawi.
Dalam hal penentuan pilihan, tidak terlepas dari
petunjuk yang terbaik dariNya. Maka dalam Firman- FirmanNya banyak peringatan
dan dan perintah untuk selalu berpegang teguh pada ajaranNya. Hal itu dikuatkan
oleh hadist-hadist Nabi, yang menjelaskan cara meminta petunjuk kepada Allah
atas jalan terbaik dalam menapaki perjalan hidup.
Dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa
hadist-hadist Nabi tentang pilihan dalam hidup. Terdapat empat macam pilihan
hidup yang akan dijelaskan dalam makalah ini beserta hadist-hadist Nabi yang
mendasarinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat
Hidup
Pada dasarnya seluruh manusia memiliki
tujuan dalam hidupnya. Dalam Al Qur’an Allah berulang kali mengingatkan kita
akan tujuan hidup. Seperti dalam Firman Allah SWT:
Dan
Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah
singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara
kamu yang lebih baik amalnya (QS. Huud,11:7)
Ayat ini memberikan pemahaman penuh akan
tujuan hidup bagi orang-orang yang beriman. Mereka mengetahui bahwa hidup ini
adalah tempat mereka diuji dan dicoba oleh Pencipta mereka. Karenanya, mereka
berharap untuk berhasil dalam ujian ini dan mencapai surga serta kesenangan
yang baik dari Allah.[1]
Manusia diberi kesempurnaan berupa akal
dan fikiran yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Allah juga menjadikan
langit dan bumi sebagai tempat bagi makhlukNya untuk tinggal serta tempat untuk
berusaha dan beramal. Sebagai makhluk yang diberi kesempurnaan tersebut,
manusia hendaknya lebih mampu dan bijak dalam menentukan tujuan-tujuan dalam
hidupnya. Ketika manusia itu hidup tetapi tidak memiliki tujuan, akan sangat
merugi bagi dirinya sendiri. Selain tempat untuk berusaha dan beramal, dunia
ini juga tempat untuk manusia diuji dan dicoba oleh Sang Pencipta. Allah akan
menilai siapa diantara manusia itu yang lebih banyak amalnya dan patuh kepadaNya.
B. Hidup
adalah Pilihan
Dalam diri manusia terkandung berbagai
sifat hewani yang tercermin dalam berbagai kebutuhan fisik yang harus dipenuhi
demi kelangsungan hidupnya. Terkandung pula sifat malaikat yang tercermin dalam
kehidupan spiritualnya untuk mengenal Allah dan beriman kepadaNya. Manusia
kadang-kadang tertarik oleh kebutuhan hawa nafsu fisiknya, namun terkadang juga
tertarik oleh kebutuhan spiritualnya. Dua hal tersebut memang sudah diciptakan
Allah untuk dihadapi manusia di dunia, sehingga Allah bukakan pilihan dalam
hidup, untuk menguji manusia mana yang akan dipilihnya, tunduk pada hawa nafsu
yang hanya bersifat materi atau cenderung tunduk pada aturanNya. [2]
Penjelasan di atas menggambarkan bahwa
Allah menciptakan manusia itu dengan pilihan-pilihan hidup yang manusia itu
sendiri harus mampu menentukannya. Allah tidak memaksa manusia itu harus tunduk
kepadaNya, namun juga diberikan ujian berupa pilihan untuk jalan mana yang
harus diambil untuk mencapai ridhoNya.
Dalam diri manusia ada kesiapan untuk
melakukan kebaikan dan kesiapan untuk keburukan. Manusia siap untuk mengikuti
kebenaran dan petunjuk Allah, sebaliknya manusia juga siap untuk tunduk
mengikuti hawa nafsu fisiknya, dan tenggelam dalam kenikmatan duniawinya. Ujian
sebenarnya untuk manusia di dunia ini adalah dalam menentukan pilihan jalan
hidup. [3]
Pada dasarnya manusia yang terlahir di
dunia ini mempunyai hati yang suci, tunduk dan patuh terhadap Sang Pencipta.
Disisi lain dalam diri manusia terdorong untuk mengikuti keinginan yang
bersifat duniawi. Segala aktifitas kesehariannya untuk memenuhi kehidupan di
dunia saja, terkadang lupa akan kepentingan kelak di akhirat. Manusia yang
hidup di dunia ini selalu diuji keimanannya, dan ujian terbesar dalam kehidupan
adalah menentukan dan memilih jalan yang terbaik.
Rasulullah SAW bersabda:
“Musuhmu
yang terbesar adalah dirimu yang ada di dalam. Barangsiapa bisa mengendalikan
atau menundukkannya, ia akan terlindung dari aniaya.[4]
Makna yang terkandung dalam hadist
tersebut, bahwa godaan atau ujian terbesar dalam hidup terletak dalam pribadi
masing-masing, yaitu dalam mnegendalikan hawa nafsu. Rasulullah SAW bersabda:
تَرَكْتُ
فِيْكُمْ شَيْئَتيْ لَنْ تَضِلُوْا بَعْدَ هُمَا كَتَا بَ الّلهِ وَ سُنَّتيْ
وَلَنْ يَتَفَرَّقَا حَتَّي يَرِدَا عَلَنَّي الْحَوْضُ
[صح الأ لبا ني في الجامع]
“Aku
tinggalkan kepada kalian dua perkara, tidak akan kalian tersesat setelah
kutinggalkan keduanya (jika kalian berpegang pada keduanya, namun jika kalian
tidak berpegang pada keduanya tentu tersesat) yaitu Al Qur’an dan Sunahku. Al
Qur’an dan Sunahku jangan sampai dipisah pisahkan. Pasti ketemu denganku nanti
di telaga surga.”(shahih al abani dalam
kitab jami’)
Hadist tersebut menjelaskan bahwa
manusia dilahirkan di dunia ini selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan.
Peringatan yang diberikan Rasulullah SAW bahwa manusia harus selalu berpegang
teguh pada dua hal yaitu Al Qur’an dan Sunnah. Beliau tidak memaksakan kehendak
seseorang harus memilih yang benar, tetapi beliau memberikan pandangan tentang dampak
positif dan negatif dari dua hal tersebut. Jika mampu berpegang teguh pada keduanya
surga adalah jaminannya, namun sebaliknya jika tidak berpegang pada keduanya
akan tersesat dalam langkahnya. Hal itu dapat diambil kesimpulan bahwa
manusialah yang harus menentukan sendiri jalan mana yang harus dilalui dalam
mencapai kemuliaan di dunia ataupun di akhirat.
Manusia juga dihadapkan pada dua jalan,
seperti dalam Firman Allah SWT:
“
Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.”(QS.
Al Balad: 10)
Yaitu dua jalan: jalan kebaikan dan
jalan keburukan. Artinya kami telah menjelaskan kedua jalan tersebut dengan
mengutus para Rasul. Qatadah telah meriwayatkan, beliau berkata: diceritakan
kepada kami bahwa Nabi SAW bersabda:
“
Wahai sekalian manusia, telah dijadikan untuk kalian dua jalan, jalan kebaikan
dan jalan keburukan, maka mengapa kalian lebih mencintai jalan keburukan
daripada kebaikan?[5]
Dalam kehidupan ini manusia selalu
dihadapkan pada pilihan, dalam ayat tersebut juga dijelaskan bahwa manusia
dihadapkan pada jalan kebaikan maupun keburukan. Hadist di atas menjelaskan
bahwa manusia hendaknya memilih jalan menuju kebaikan.
Al Qur’an dan hadis-hadis nabi
mengajarkan tentang cara menentukan pilihan, yaitu dengan cara “ Shalat istikharah”(HR. Bukhari dari
Jabir).[6]
Dari
Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, beliau berkata: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wa sallam mengajari para sahabatnya untuk shalat istikharah dalam setiap
urusan, sebagaimana beliau mengajari surat dari Al Qur’an. Beliau bersabda, “Jika
kalian ingin melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua rakaat selain
shalat fardhu dan kemudian hendaklah ia berdo’a:
Ya
Allah, aku memohon pilihan-Mu dengan
ilmu yang Engkau miliki, aku memohon kemampuan kepada-Mu dengan kemampuan yang
Engkau miliki, dan aku memohon kepada-Mu dari keutamaan-Mu yang Maha Mengetahui
perkara yang ghaib. Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa perkara ini baik untukku,
baik untuk keimananku, kehidupanku, maupun masa depanku-atau ucapkan-untuk
sekarang dan untuk masa depan, maka mudahkanlah urusan ini untukku. Lalu,
jadikan urusan ini membawa berkah untukku. Jika Engkau tahu bahwa perkara ini
buruk bagiku, baik untuk keimananku, penghidupanku, maupun masa depanku –atau
ucapkan- sekarang dan untuk masa depan, maka jauhkanlah urusan ini dariku, dan
berikanlah yang terbaik untukku, bagaimanapun juga, dan ridhailah aku dengan
urusan itu.”
Imam Nawawi berkata, “ setelah melakukan
istikharah, hendaknya ia melakukan urusan yang dipermudah baginya. Sebaiknya
tidak bersikeras dengan keinginannya yang menggebu sebelum istikharah. Kalau
tidak, apa gunanya ia beristikharah atau bisa dikatakan, ia tidak
sungguh-sungguh, tentu ia tidak lagi terpaku pada kemampuan dan pilihannya
sendiri.”[7]
Berdasarkan hadist tersebut bahwa
Rasulullah SAW telah memerintahkan para sahabatnya untuk melakukan shalat dua
raka’at selain shalat fardhu, dan berdo’a kepada Allah agar dipertunjukkan
kepada urusan yang terbaik untuk dipilih. Menganjurkan bagi umatnya untuk
melakukan shalat istikharah saat dihadapkan pada urusan yang mempunyai tingkat
kepentingan yang sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa Allah menguji manusia itu
dengan dihadapkan pada urusan-urusan yang manusia itu sendiri harus mampu untuk
memilihnya, namun Allah juga tidak membiarkan hambaNya untuk terjerumus pada
pilihan yang salah, dengan penjelasan hadist di atas membuktikan bahwa masih
ada alternatif yang bisa dilakukan dalam menyikapi pilihan-pilihan hidup yang
akan selalu dihadapi oleh manusia.
C. Macam-macam
pilihan hidup
Pada umumnya pilihan-pilihan yang sering
dihadapi oleh manusia itu ada beberapa macam, seperti: pilihan tentang jodoh,
pilihan tentang karir, pilihan tentang memilih pemimpin dan pilihan tentang
memilih teman. Dalam makalah ini akan membahas empat topik tersebut, karena
keempat perkara itulah yang sering dihadapi oleh masyarakat pada umumnya.
Pertama,
pilihan tentang jodoh, baik berlaku dalam memilih calon istri maupun calon
suami hendaknya memilih atas dasar agama dan akhlaknya. Wajib menjadikan agama
sebagai syarat utama, karena agama dapat memberi petunjuk pada akal dan hati.
Rasulullah SAW bersabda:
“
wanita dinikahi karena empat alasan: karena harta, keluarga, kecantikan dan
ketaatannya kepada agama. Pilihlah wanita yang baik agamanya jika engkau tidak
ingin jatuh miskin. (H.R. Bukhari dan
Muslim)[8]
Artinya bahwa dalam memilih calon istri
aspek-aspek tersebut yang harus diperhatikan, karena seorang istri berperan
penting sebagai pasangan hidup, pengurus rumah tangga, ibu bagi anak-anak dan
sebagai tambatan hati bagi suami. Maka islam menganjurkan dalam memilih istri
melihat ketaatannya terhadap ajaran agama, memegang teguh nilai kebaikan,
menjaga hak suami dan melindungi anak-anaknya.
Seperti memilih calon istri, dalam
pemilihan calon suami juga terdapat aspek penting yang perlu diperhatikan. Wali
wanita harus berhati-hati memilih pasangan bagi buah hatinya, seperti dalam
kutipan ini :
“ Aisyah ra. Berkata” Pernikahan itu
ibarat perbudakan. Karena itu, hendaklah kalian berhati-hati, kepada siapa akan
menyerahkan buah hatinya.”
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ زَوَّجَ
كَرِيْمَتَهُ مِنْ فَا سِقٍ فَقَدْ قَطَعَ رَحِمَهَا
“ siapa menikahkan buah hatinya dengan lelaki fasik, berarti
telah memutuskan hubungan kekeluargaan dengannya.”(h.r
Ibnu Hibban dalam kitab Adh-Dhu’afa’dari Anas)[9]
Islam memerintahkan bahwa saat memilih
calon suami maupun istri aspek utama yang harus diperhatikan adalah agama dan
akhlak, agar mampu menurunkan keturunan yang menjunjung tinggi nilai agama dan
moral yang berlaku dimasyarakat. Sehingga diantara keduanya akan siap
menghadapi kemungkinan masalah-masalah yang terjadi dalam rumah tangga, karena
pondasi utama yang dibangun berdasarkan agama dan akhlaknya.
Kedua,
memilih pekerjaan hendaknya yang bersifat halal dan tidak membebani seseorang
dalam melakukannya. “ Dari Abi Hurairah r.a dari Nabi SAW, beliau bersabda:
عن ابي هريرة ر.ض عن النبي صلعم. قَا لَ : كَا نَ دَاوُ وْدَ عَلَيْهِ
السَلاَ مَ لاَ يَأْ كُلُ أِلاَّ مِنْ عَمَلِ يَدَ يْهِ [ر وا ه البخاري]
“Adalah
Nabi Daud tidak makan melainkan dari hasil usahanya sendiri.”(HR.
Bukhari)
Sebagaimana
diceritakan Nabi SAW dalam hadist tersebut, bahwa apa yang dimakan oleh Nabi
Daud as adalah hasil jerih payahnya sendiri dengan bekerja yang menghasilkan
sesuatu sehingga dapat memperoleh uang untuk keperluan hidup sehari-hari.[10]
Dapat disimpulkan bahwa dalam memilih pekerjaan sebaik-baiknya adalah pekerjaan
yang mampu dikerjakan dengan usaha dan kemampuan sendiri bukan dari hasil
meminta-minta. Nikmat rizqi yang dihasilkan dari jerih payah kemampuan sendiri
akan lebih berharga dibandingkan dengan cara-cara yang menyimpang dari ajaran
agama.
Ketiga,
memilih calon pemimpin seharusnya pemimpin yang mampu berlaku adil pada
anggotanya. Seperti yang disebutkan dalam hadist berikut:
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ سَلَّامٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ
عُمَرَ عَنْ خُبَيْبِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ
إِلَّا ظِلُّهُ إِمَامٌ عَادِلٌ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ
ذَكَرَ اللَّهَ فِي خَلَاءٍ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي
الْمَسْجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ
مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ إِلَى نَفْسِهَا قَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ
تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا صَنَعَتْ
يَمِينُهُ
“Abu
Hurairah r.a berkata, Nabi SAW bersabda: ada
tujuh macam orang yang bakal bernaung di bawah naungan Allah, pada hati tiada
naungan kecuali naungan Allah: Imam (pemimpin yang adil), dan pemuda yang rajin
beribadah kepada Allah, dan orang yang hatinya selalu gandrung dengan masjid,
dan dua orang yang saling kasih sayang karena Allah, baik waktu berkumpul atau
berpisah, dan orang laki-laki yang diajak berzina oleh wanita bangsawan nan
cantik, maka menolak dengan kata: saya takut kepada Allah, dan orang yang
bersedekah dengan sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa
yang disedekahkan oleh tangan kanannya, dan orang yang berdzikir ingat pada
Allah sendirian hingga mencucurkan air matanya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dijelaskan dalam hadist tersebut
terdapat tujuh golongan orang yang dijamin keselamatannya oleh Allah SWT. Namun
sangat ditekankan pada golongan yang pertama, yaitu pemimpin yang adil.
Kemaslahatan umat manusia akan sangat bergantung pada pemimpin, maka tanpa
adanya pemimpin yang adil, kehidupan yang akan dilalui akan mudah terjebak pada
penderitaan yang cukup dalam. Maka islam sangat menganjurkan memilih pemimpin
yang mampu bersikap adil pada anggota yang dipimpin.
Keempat,
dalam memilih teman Rasulullah menganjurkan untuk memilih teman yang baik dan
berhati-hati dari teman yang jelek. Hal ini telah dimisalkan oleh Rasulullah
melalui sabdanya:
“
Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik (shalihah) dan teman yang jahat adalah
seperti pembawa minyak wangi dan peniup api pandai besi,. Pembawa minyak wangi
mungkin akan mencipratkan minyak wanginya itu darinya, atau engkau hanya akan
menciup baunya. Sedangkan peniup api tukang besi mungkin akan membakar bajumu
atau kamu akan mencium dari bau yang tidak sedap.”(Riwayat
Bukhari, kitab Buyuu’ Fathul bari 4/323 dan muslim kitab Albir 4/2026 ).
Berdasarkan hadist di atas, digambarkan
bahwa teman itu ada dua macam, pertama teman yang shalihah diumpamakan
seseorang pembawa minyak wangi, bagi orang-orang disekitarnya akan tertular
aroma wewangian tersebut. Kedua teman yang jahat atau jelek bagaikan tukang
peniup api, siapa yang berada disekitarnya akan terkena asap dan percikan api
darinya. Perumpamaan tersebut menjelaskan bahwa dalam memilih teman hendaknya
memilih teman yang baik, karena teman yang baik akan menularkan hal-hal yang
baik pula, namun sebaliknya jika teman itu buruk akan mudah mempengaruhi pada
hal-hal yang buruk pula.
BAB
III
KESIMPULAN
Pada bab sebelumnya telah banyak
dijelaskan tentang hakikat hidup dan hadist –hadist yang berkaitan tentang “
pilihan dalam hidup”. Dalam bab ini akan menyimpulkan beberapa hal penting yang
terdapat dalam penjelasan tersebut. Adapun kesimpulan dari makalah ini sebagai
berikut:
1.
Manusia
hidup di dunia ini pasti mempunyai tujuan dalam hidupnya, seseorang yang tidak
memiliki tujuan dari hidup, sama halnya tidak mampu menikmati indahnya
kehidupan ini.
2.
Dalam
diri manusia terdapat terkandung sifat hewani yang berupa nafsu untuk memenuhi
kebutuhan yang bersifat materiil dan fisik. Ada juga sifat spiritual dan
keinginan tunduk atau patuh kepada Sang Pencipta. Ujian terbesar manusia
terletak pada dua hal tersebut, antara pilihan memenuhi kebutuhan nafsu atau
spiritual. Di antara keduanya seharusnya berjalan dengan seimbang. Tetapi
terkadang manusia diuji dengan kegelisahan urusan mana yang terbaik.
3.
Berdasarkan
penjelasan dari hadist yang ada Rasulullah meminta umatnya untuk berpegang pada
dua hal yaitu Al Qur’an dan Sunnah dalam menghadapi ujian-ujian tersebut.
Selain itu juga menganjurkan untuk melakukan shalat dua raka’at selain shalat
fardhu, sering disebut dengan shalat Istikharah.
4.
Manusia
di dunia ini sering dihadapkan pada pilihan-pilihan hidup. Macam-macam pilihan
tersebut yaitu, pilihan tentang memilih jodoh, pilihan tentang memilih
pekerjakaan, pilihan tentang memilih pemimpin dan pilihan dalam memilih teman.
Beberapa pilihan tersebut yang sering dialami oleh masyarakat pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar
Sutoyo,Bimbingan & Konseling Islami,Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,2013
Erhamwilda,
Konseling Islam, Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2009
Harun
Yahya, Fakta-fakta yang Mengungkap
Hakikat Hidup, Bandung: Dzikra,2004
Husen
Madhal dkk, Hadist BKI, UIN Sunan
Kalijaga Fakultas Dakwah
Sayyid
Sabiq, Fiqih Sunah Sayid Sabiq Jilid 1,
Jakarta: Al-I’tishom,2011
Sayyid
Sabiq, Fiqih Sunah Sayid Sabiq jilid 2,
Jakarta: Al-I’tishom,2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar